<$BlogRSDURL$>

Herman Tony

Yogyakarta / Warga Epistoholik Indonesia

Wednesday, April 07, 2004

Selamat datang di situs blog saya
sebagai warga jaringan Epistoholik Indonesia,


Nama saya Herman Tony, tinggal di Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Saat ini saya adalah seorang praktisi pariwisata ( perhotelan ) di Yogyakarta dan saya suka dan sering menulis surat pembaca, rubrik bisnis dan artikel opini di harian lokal Yogyakarta (Bernas dan Kedaulatan Rakyat ).

Malahan harus saya katakan bahwa melalui surat pembaca saya pertama kali mensosialisasikan pikiran dan / atau tanggapan saya atas masalah aktual yang ada di masyarakat terutama memiliki keterkaitan secara langsung atau tidak langsung dengan pariwisata di tanah air umumnya dan pariwisata Yogyakarta khususnya.

Dan, setiap artikel, rubrik dan surat pembaca saya dimuat di sebuah harian selalu saya file, baik dalam bentuk aslinya maupun bentuk kliping korannya. Untuk kesempatan ini saya kirimkan surat pembaca saya yang terakhir dikirim dan dimuat di Harian Bernas seminggu sebelum masa kampanye pemilu 2004 dimulai.

Harian Bernas edisi Sabtu, 03 April 2004, kembali memuat surat pembaca yang ditulis oleh Pak BH yang intinya mengajak para epistoholik di tanah air untuk bergabung dalam wadah EI. Seingat saya bukan baru kali ini himbauan itu disebarluaskan melalui Bernas. Malahan himbauan itu pernah menjadi judul tajuk Bernas ketika ide EI pertama kali dipublikasikan melalui surat pembaca Harian Bernas (18/10/2003). yang ditulis si penggagas EI alias Pak BH.

Saat itu langsung muncul keinginan untuk cari informasi lebih jauh dan keinginan untuk bergabung dengan E. Namun tidak terrealisasikan akibat suntuk dengan kesibukan tugas dan pekerjaan sehari-hari. Hal itu kembali muncul saat baca surat pembaca Pak BH di Bernas di atas !.

Saya langsung tertarik untuk segera mengetahui lebih banyak mengenai EI. Apalagi kini bisa segera diperoleh karena EI sudah memliki website sendiri. Saya berusaha membaca semua yang ada di sana sehingga saya telah mendapat gambaran EI sejak masih berupa ide hingga berujud seperti ada saat ini. Saya salut atas lahirnya wadah EI yang dibidani oleh Pak BH. Saya berniat untuk ikut bergabung dan menjadi anggota EI.

Meskipun saya baru menyatakan ingin bergabung dengan EI dan belum ada jawaban positip dari Pak BH sebagai pencetus bahkan provokator EI namun saya punya gagasan sekaligus usulan. Mumpung anggota EI belum banyak ( benarkah demikian ? ) maka sejak dini perlu dpikirkan untuk membuat dan memberkan nomor anggota.

Nomor anggota itu ditulis dalam kurung di belakang nama anggota apabila mereka menulis dan mengirim surat pembaca ke media massa cetak / elektronk. Dengan demikian kitapun menjadi tahun dan mengenal bahwa penulis surat pembaca itu adalah anggota EI ( rekan kita ). Tentu saja apa yang ditulisnya bukanlah tanggung jawab EI. Oleh karena itu cukup menulis nomor anggota dengan metode tertentu misalnya : Herman Tony ( EI0000125042004 ). Bagamana Pak BH ?.(Jawaban BH : Usul Bung Herman adalah ide yang brilyan ! Siapa tahu trik terbaik untuk membuat nomor anggota ? Sarannya ditunggu. Terima kasih !)



Hidup EI, Maju Terus dengan mensosialisasikan ide-ide, gagasan-gagasan dan usulan-usulan berkenaan dengan perkehidupan masyarakat yang aktual lagi menyolok.

Salam hangat selalu,

Yogyakarta, 3 April 2004


Herman Tony





----------------------------

KAMPANYE PEMILU 2004 YANG SIMPATIK DAN BERBUDAYA
Dimuat di Bebas Bicara, Harian Bernas (Yogyakarta), 2 Maret 2004


Seminggu yang lalu KPU Kota Yogyakarta telah menetapkan Jadwal Kampanye Partai Politik di Kota Yogyakarta dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh para pimpinan parpol peserta Pemilu 2004 di wilayah Kota Yogyakarta dan pejabat instansi terkait (Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan) serta asosiasi industri (PHRI, dll ).

Selama menghadiri acara penetapan Jadwal Kampanye Partai Politik tersebut yang diadakan di Balai Kota Yogyakarta saya menangkap adanya niat baik dan tekad kuat para pimpinan parpol untuk bersama-sama melaksanakan kampanye yang simpatik dan berbudaya di wilayah Kota Yogyakarta.

Dan, kampanye simpatik dan berbudaya tersebut akan diwujudkan dengan cara lebih menonjolkan sekaligus memanfaatkan kekayaan seni-budaya Yogyakarta seperti gamelan, kerawitan, tari-tarian, dan berbagai kreativitas seni lainnya.

Adapun dasar pemikiran dan pertimbangan utama bagi pelaksanaan kampanye simpatik dan budaya khususnya di Kota Yogyakarta tidak lain adalah perlunya tetap menjagadan mengakkan citra Yogyakarta antara lain Kota Budaya, Kota Pariwisata, Kota Pendidikan dan lain-lain. Selain itu ada pula kesadaran yang kuat untuk menjadikan Yogyakarta sebagai panutan bagi daerah-daerah lain di tanah air dalam hal menyelenggarakan kampanye simpatik dan berbudaya.

Tak diragukan lagi adanya niat baik dan tekad semua pimpinan parpol peserta Pemilu 2004 di Yogyakarta seperti disebutkan di atas. Semua pihak perlu memberikan dukungan ( moral ) agar mereka bisa mewujudkan kampanye simpatik dan berbudaya di Kota Yogyakarta.

Jelas jauh lebih enak dan asyik mendengarkan bunyi suara gamelan atau menonton kreativitas seni yang menarik ketimbang "dipaksa" mendengarkan raungan sepeda motor yang amat memekakkan telinga bahkan bisa merusak pendengaran anak bayi.

Tetapi, apakah para kader bahkan simpatisan dari masing-masing parpol tersebut juga telah memiliki niat dan tekad yang sama untuk melaksanakan kampanye simpatik dan berbudaya itu ?.

Jawabannya bisa "YA" asalkan niat baik dan tekad mewujudkan kampanye simpatik dan berbudaya di ( Kota ) Yogyakarta telah disosialisasikan dengan baik oleh para petinggi masing-masing parpol di setiap tingkatannya kepada para kadernya, simpatisannya bahkan massanya yang kebanyakan berada di tingkat "grass root".

Tanpa adanya sosialisasi kampanye simpatik dan berbudaya itu para kader dan simpatisan masing-masing tak mungkin akan memahami dan mengerti akan apa yang menjadi dasar pemikiiran dan pertimbangan utama bagi pelaksanaan kampanye simpatik dan berbudaya di Yogyakarta.

Sosialisasi itu harus dilakukan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan kampanye parpol bersangkutan sesuai jadwal bahkan tetap harus dilakukan saat-saat parpol tersebut sedang melaksanakan kampanyenya secara riil di lapangan.

Akhirnya, seluruh warga Yogyakarta tanpa kecuali sudah semestinya peduli akan kampanye yang simpatik dan berbudaya. Hal tersebut akan membawa manfaat yang besar bagi masyarakat Yogyakarta secara keseluruhan dan bukan hanya para pelaku pariwisata yang ada di bidang perhotelan, biro perjalanan wisata, pemandu wisata dan lain-lain. Hal itu sudah pasti karena kegiatan pariwisata itu memiliki "multiplier effect". Di sini cukup diingat lagi dampak tragedi bom Bali yang tidak hanya dialami dan dirasakan oleh industri pariwisata Bali semata-mata tetapi juga industri pariwisata Yogyakarta termasuk industri kerajinan ( besar maupun kecil ) yang banyak terdapat di berbagai tempat bahkan pelosok DIY.

Marilah kita semua warga Yogyakarta terutama para pimpinan, kader dan simpatisan parpol peserta Pemilu 2004 bahu-membahu melaksanakan dan mewujukan kampanye simpatik dan berbudaya selama masa kampanye yang akan berlangsung 11 Maret - 01 Aprl 2004. Khususnya hotel-hotel anggota BPD PHRI DIY telah ikut mensosialisasikan kampanye simpatik danberbudaya di Yogyakarta dengan memasang di depan hotelnya masing-masing spanduk yang bunyi "Kampanye yang Cantik, Yogyaku Asyiik !".


Herman Tony
Sekretaris BPD PHRI DIY

-------------------------

PARPOL BENTROK, PARIWISATA AMBRUK
Dikirim ke Rubrik Bebas Bicara, Harian Bernas (Yogyakarta), 6 Agustus 2003



Bentrokan antar massa partai Golkar dan PDIP di Tabanan-Bali, yang terjadi pada Minggu, 26 Oktober 2003 lalu, langsung menuai komentar-komentar keras dari berbagai pihak dan kelompok masyarakat di tanah air. Betapa tidak kalau peristiwa bentrokan itu telah menewaskan 2 ( dua ) orang sekaligus mencoreng persiapan Pemilu 2004 yang amat diharapkan akan bisa diselenggarakan secara demokratis di seluruh pelosok tanah air.

Selain itu, kasus bentrokan antar massa parpol di Tabanan tersebut langsung membuat pariwisata Bali ambruk seperti terlihat dari merosotnya jumlah wisman ke Bali seketika. Setelah ada kasus Tabanan jumlah wisman ke Bali merosot sebanyak 2.000 orang sehingga hanya mencapai 1.000 orang per hari. Padahal sebelumnya jumlah wisman ke Bali sudah mencapai 3.000 orang per hari ( Bernas, 29 / 10 / 2003 ). Jadi, telah terjadi penurunan yang amat signifikan yakni sebesar 66 % !.

Baru-baru ini Bali sempat mendapat promosi besar-besaran secara gratis dengan kedatangan Presiden AS, George W. Bush ke Bali untuk melakukan pertemuan singkat dengan Presiden RI, Megawati Soekarnoputri dan beberapa tokoh berbagai agama di tanah air. Kedatangan presiden AS itu yang sempat menimbulkan pendapat pro-kontra di antara berbagai pihak dan kelompok di tanah air sudah tentu makin menegaskan kepada dunia luar bahwa Bali sudah aman dan siap menerima kembali kunjungan para wisatawan khususnya wisatawan mancanegara ( wisman ).

Sayang sekali hal tersebut nyaris luput dari perhatian banyak pihak untuk tetap dijaga dan terus dikembangkan. Buktinya, kasus Tabanan, Bali terjadi dengan memakan korban jiwa hanya seminggu usai kujungan Presiiden AS ke Bali.

Nah, apakah kasus Tabanan bisa kembali terjadi di tempat lain, misalnya Yogyakarta yang selama ini terkenal sebagai kota pariwisata ?.

Pertanyaan ini penting diajukan dan dijawab bersama oleh berbagai pihak di Yogyakarta. Kiranya semua pihak tidak boleh bersikap seperti petugas pemadam kebakaran yang hanya beraksi setelah ada kejadian. Sudah pasti jauh lebih penting melakukan berbagai upaya yang bersifat antisipatif sekaligus preventif terhadap hal-hal yang berpotensi menyulut bentrokan antar massa parpol seperti kasus Tabanan, Bali.

Kiranya potensi yang dimaksudkan di atas telah dipahami oleh berbagai pihak di Yogyakarta seperti elit parpol, pemerintah, pihak keamanan dan lain-lain kalau kita semua masih ingat akan berbagai pengalaman memilukan hati yang kembali terjadi setiap kali diselenggarakan "pesta demokrasi" di tanah air terutama di Yogyakarta. Hal tersebut pasti telah dipahami dan dikuasai dengan baik oleh pihak keamanan yang memilki tanggung jawab besar terhadap keamanan di Yogyakarta.

Namun pihak-pihak lain entah perorangan maupun lembaga atau asosiasi perlu mendukung aparat keamanan dalam mengupayakan terciptanya kondisi keamanan Yogyakarta yang senantiasa kondusif khususnya bagi wisatawan. Untuk mewujudkan maksud tersebut secara maksimal perlu ada koordinasi yang baik dan komunkasi yang lancar di antara berbagai pihak dimaksud.

Sebagai langkah awal mereka perlu segera mengadakan tatap-muka sekaligus dialog yang dharapkan akan menghasilkan komitmen kuat dari para elit parpol di Yogyakarta bahwa mereka semua sanggup selalu mengkoordinir massanya demi Yogyakarta sebagai kota pariwisata dan citra Pemilu 2004 yang sungguh demokratis.

Semoga demikian !.


Herman Tony
Sekretaris BPD PHRI DIY

posted by bambang  # 7:17 AM

Archives

04/01/2004 - 05/01/2004  

This page is powered by Blogger. Isn't yours?